sejarah pendidikan agama buddha

Pendidikan berperan penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan ajaran Buddha. Pendidikan memiliki kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan kurikulum. Hubungan kuriklum dan pendidikan adalah hubungan antara isi dan tujuan. Pendidikan agama Buddha adalah usaha yang dilakukan terencana dan berkesinambung dalam pengembangan kemampuan perserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual.
Pendidikan dalam agama Buddha dapat dikatakan bersifat pragmatis menyangkut pemecahan masalah untuk mencapai tujuan hidup manusia. Filosofi pendidikan agama Buddha mengacu kepada empat kebenaran mulia (cattari Ariya saccani), yaitu mengidentifikasiDukkha, asal mula Dukkha, lenyapnya Dukkha dan jalan menuju lenyapnya Dukkha(Mukti,2006:305).
Pendidikan adalah penerusan nilai-nilai, pengetahuan, kemampuan, sikap dan tingkah laku, yang dalam arti luas pendidikan merupakan hidup itu sendiri sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengubah pandangan hidup dari seseorang, membentuk manusia yang bertanggung jawab, menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain (Mukti,2006:304).
Tujuan umum pendidikan umum pendidikan tak berbeda dengan tujuan pembabaran agama sebagaimana yang disampaikan oleh Buddha kepada enam puluh orang arahat. Mereka mengemban misi atas dasar kasih sayang, demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi orang banyak. (Vin.1,21), memiliki pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu berkah utama (Sn.261)
Kurikulum pendidikan agama Buddha yang berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan kuriklum pendidikan agama Buddha sesuai kebutuhan. Penekanan kurikulum pada pendidikan agama Buddha adalah peserta didik memiliki keyakinan dan pengamalan Buddha Dhamma.
Pendidikan agama Buddha bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (1) Mengembangkan keyakinan (saddha) dan ketakwaan (bhakti) kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, Para Bodhisattva dan Mahasattva, (2) Mengembangkan  manusia Indonesia yang berakhlak mulia melalui peningkatan pelaksanaan moral (sila), meditasi(samadhi) dan kebijaksanaan (panna) sesuai dengan Buddha Dharma (3) Mengembangkan manusia Indonesia yang  memahami, menghayati, dan mengamalkan/menerapkan Dharma sesuai dengan Ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka sehingga menjadi manusia yang bertanggungjawab sesuai dengan prinsip Dharma dalam kehidupan sehari-hari, dan (4) Memahami agama Buddha dan sejarah perkembangannya di Indonesia (kurikulum pendidikan Nasional).
Wilayah kajian pendidikan agama Buddha menitikberatkan segi moral, kajian moral mencakup duniawi dan kajian keyakinan (Saddha). Pendidikan agama Buddha memiliki karakteristik pokok yaitu penguasaan pengetahuan komoperhensif (pariyatti), mengamalkan pedoman perilaku (patipatti), dan mencapai kebenaran Dhamma (pathivedha). Belajar tidak hanya mengetahui untuk mengingat (pariyatti) dan mencapai penembusan. “Meskipun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, orang yang lengah seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak akan memperoleh makna kehidupan suci” (Dh.19). Pengetahuan saja tidak akan membuat orang terbebas dari penderitaan, tetapi juga harus melaksanakannya (Mukti,316.2003).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kerajaan bercorak hindu budha

cara membuat donat

motivasi yang bermanfaat